Maraknya Budaya Copy Paste

Maraknya Budaya Copy Paste

            Pelajar termasuk kaum intelektual. Untuk memenuhi inteluktuaitsnya pelajar diberi tugas berupa percobaan, presentasi, makalah, dan lain-lain. Semua tugas itu harus dikumpulkan tepat waktu. Tugas tersebut bisa dikerjakan melalui komputer, laptop, ataupun ditulis tangan.
Kemajuan teknologi seharusnya makin mengembangkan intelektualitas para pelajar. Tetapi tidak bagi pelajar saat ini, teknologi justru mereka manfaatkan sebagi cara praktis untuk menyelesaikn tugas. Pelajar saat ini tinggal melakukan copy paste untuk menyelesaikan tugasnya. Terlalu banyak tugas yang diberikan dari guru membuat mereka memilih hal-hal praktis dan instan untuk menyelesaikan tugas itu. Copy paste merupakan solusi termudah untuk menyelesaikannya. Mereka tinggal dua kali mengeklik, permasalahan dan tugas pun terselesaikan.
            Biasanya yang menjadi sumber untuk menyelesaikan tugas mereka yaitu hasil dari tugas temannya maupun dari internet. Tak ada lagi batas ruang dan waktu dalam ilmu dan informasi. Semua akses ada dan tersedia dengan cepat. Copy paste menjadi solusi praktis bagi pelajar. Ironisnya, pelajar tersebut tidak pernah memikirkan bahaya copy paste.
             Bahaya copy paste diantaranya memampatkan budaya kritis dan pola pikir. Itu sama berbahayanya dengan mengkonsumi narkoba atau minuman keras karena menjadikan pelajar tanpa pemikiran. Mereka cenderung mengambil sikap dan hal-hal praktis dan instan, tanpa pertimbangan. Semua itu semata-mata untuk memenuhi tugas dari guru mereka. Copy paste yang dilakukan terus-menerus akan membudaya.

            Budaya copy paste dilatarbelakangi oleh kemalasan siswa untuk mengerjakan tugas tersebut atau kurang percaya diri terhadap hasil kerjanya. Akibatnya hilanglah jati diri dari pelajar. Mereka tak lagi percaya diri dari potensi dan kemampuan berpikir yang ada pada diri mereka.
            Budaya copy paste membuat ruang kritis pelajar makin menyempit. Itu terlihat dari minimnya budaya membaca, budaya berdiskusi, dan budaya berprestasi. Padahal budaya itu merupakan pembunuh budaya intelektual. Jika budaya tergusur oleh budaya copy paste, tergusurlah intelektualitas yang seharusnya dimiliki oleh kalangan pelajar.
            Sebenarnya copy paste boleh saja dilakukan asal saja tidak meninggalkan unsur kekritisan. Karena kekritisan akan memunculkan budaya baru yaitu budaya kreatif dan produktif. Tanpa pengkritisanakan mengakibatkan kematian dalam berpikir. Apabila kita hendak meng-copy paste dari internet sebaiknya harus disesuaikan dulu dengan pemikiran kita, sehingga tidak mematikan berfikir dalam otak kita. 


Sumber: Pengamatan Sendiri
(Tugas B. Indonesia Kelas X Semester 1)

0 komentar:

Posting Komentar